Senin, 18 April 2016

Issue Kesehatan Lingkungan Kinerja Pelayanan Kesehatan yang Rendah

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan pembangunan  sumber daya manusia  antar negara adalah  Human Development Index  (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri dari: indikator kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir), pendidikan (angka melek huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita). Selama ini IPM Indonesia selalu menempati rangking di atas 100, tertinggal dibanding beberapa negara tetangga  di ASEAN (anonim,2008)
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam  pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan.Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian kinerja pelayanan kesehatan ?
2.      Bagaimana issue kesehatan lingkungan terutama di bidang kinerja pelayanan kesehatan yang masih rendah ?
3.      Bagaimana upaya peningkatan pelayanan kesehatan ?
4.      Apa saja faktor penyebab kinerja pelayanan kesehatan yang masih rendah ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui kinerja pelayanan kesehatan
2.      Mengetahui issue kesehatan lingkungan terutama di bidang kinerja pelayanan kesehatan yang masih rendah
3.      Mengetahui upaya peningkatan pelayanan kesehatan
4.      Mengetahui faktor penyebab kinerja pelayanan kesehatan yang masih rendah

















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tinjauan Umum Kinerja Pelayanan Kesehatan
Kinerja menurut Moh. As’ad (1995) merupakan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya atau bisa disebut prestasi kerja. Menurut Paul Goodman kinerja adalah sesuatu yang dikenal luas, sebagai output atau hasil kerja, jadi hasil kerja itulah sebagai kinerja. Sedangkan Yaslis Ilyas (1999) menyatakan kinerja adalah penampilan hasil kerja personal dalam suatu organisasi. Kinerja merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personal yang memegang jabatan fungsional atau struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personal di dalam sebuah organisasi.
Deskripsi tentang kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu tujuan, ukuran dan penilaian. Tujuan akan memberikan arah dan pengaruh bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personal. Walaupun demikian penentuan tujuan tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seorang personal telah mencapai kerja yang diharapkan. Olehnya itu kualitas dan kuantitas adalah merupakan standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personal, memegang peran yang sangat penting.
Pelayanan kesehatan dinyatakan bermutu jika pelayanan kesehatan yang diberikan dengan predikat “sempurna” sehingga pelayanan dinilai mempunyai kualitas pelayanan dengan baik kalau pelayanan tersebut tidak mempunyai cela.

B.     Issue Kesehatan Lingkungan “Kinerja Pelayanan Kesehatan yang Masih Rendah”
Faktor utama penyebab tingginya angka kematian bayi di Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan intervensi yang dapat terjangkau dan sederhana. Oleh karena itu kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Masih rendahnya kinerja pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti proporsi  pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang mendapatkan imunisasi campak, dan proporsi penemuan kasus (Case Detection Rate) tuberkulosis paru.              Pada tahun 2002, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan baru mencapai 66,7 persen, dengan variasi antara 34,0 persen di Propinsi Sulawesi Tenggara dan 97,1 persen di Propinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2002, cakupan  imunisasi campak untuk anak umur 12-23 bulan baru mencapai 71,6 persen, dengan variasi antara 44,1 persen di Propinsi Banten dan 91,1 persen di Propinsi D.I. Yogyakarta. Sedangkan proporsi penemuan kasus penderita tuberkulosis paru pada tahun 2002  baru mencapai 29 persen.

C.    Upaya Peningkatan Pelayanan Kesehatan
1.      Asuransi Kesehatan
Asuransi Kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan resiko (sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok.
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari asuransi kesehatan merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mengatasi mahalnya biaya pelayanan kesehatan. Alasannya antara lain karena:
a.       Pemerintah dapat mendiversifikasikan sumber-sumber pendapatan dari sector kesehatan.
b.      Meningkatkan efesiensi dengan cara memberikan peran kepada masyarakat dalam pembiayaan pelayanan kesehatan.
c.       Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan popolasi yang lebih luas sehingga dapat mengurangi resiko secara individu.

2.      Upaya Program Kesehatan
Dalam upaya kesehatan program  yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi program upaya kesehatan. Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25 tahun mendatang.
b.      Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
c.       Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif.
d.      Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
e.       Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.
f.       Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga melindungi masyarakat dari pencemaran.
g.      Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan perilaku)
h.      Penggerakan peran serta masyarakat.
i.        Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja secara sehat.
j.        Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
k.      Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
l.        Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
Upaya kesehatan seperti tersebut di atas tidak lain merupakan bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya pencegahan yang sesuai dengan konsep paradigma baru.Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar penyembuhan penyakit. Upaya kesehatan di masa datang harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang sehat produktif sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan yang cukup.
3.      Upaya Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Sebaliknya tenaga kesehatan yang menekankan masalah preventif dan promotif adalah sarjana kesehatan masyarakat yang juga sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistik yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual. Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerja sama lintas sektoral, mampu mengelola sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat. Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.





D.    Faktor Penyebab Kinerja Pelayanan Kesehatan yang Masih Rendah
1.      Layanan medis menjadi jasa yang sangat penting namun banyak orang yang tidak mampu mendapatkan layanan medis tanpa dukungan public, biaya yang terlalu tinggi dan saat ini tidak dapat dikendalikan.
2.      Upaya pemerintah federal yang giat untuk mengubah system pemberian pelayanan kesehatan saat ini memberi tekanan eksternal pada industry pelayanan kesehatan.
3.      Pembiayaan kesehatan yang semakin mahal yang salah satunya diakibatkan perkembangan teknologi kedokteran yang relative mahal karena nilai rupiah yang jatuh di bandingan nilai dollar Amerika.
4.      Rendahnya kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2003 terdapat 1.179  Rumah Sakit (RS),  terdiri dari 598 RS milik pemerintah dan 581 RS milik swasta. Jumlah seluruh tempat tidur (TT) di RS sebanyak 127.217 TT atau rata-rata 61 TT melayani 100.000 penduduk. Walaupun rumah sakit terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun kualitas pelayanan sebagian besar RS pada umumnya masih di bawah standar. Pelayanan kesehatan rujukan belum optimal dan belum memenuhi harapan masyarakat.
5.      Terbatasnya tenaga kesehatan  dan distribusi tidak merata.
Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis tenaga  kesehatan yang diperlukan. Pada tahun 2001, diperkirakan per 100.000 penduduk baru dapat dilayani oleh 7,7  dokter umum, 2,7 dokter gigi, 3,0 dokter spesialis, dan 8,0 bidan. Untuk tenaga kesehatan masyarakat, per 100.000 penduduk baru dilayani oleh 0,5 Sarjana Kesehatan Masyarakat, 1,7 apoteker, 6,6 ahli gizi, 0,1 tenaga epidemiologi dan 4,7 tenaga sanitasi (sanitarian). Banyak puskesmas belum memiliki dokter dan tenaga kesehatan masyarakat. Keterbatasan ini diperburuk oleh distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya orang perorang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok, bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan salah satu diantaranya yang mempunyai peranan yang cukup penting adalah peningkatan kinerja pelayanan kesehatan.
Kemampuan kerja tenaga kesehatan perlu dioptimalkan dan dapat dilihat dari hasil kerjanya, berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta keterampilan dalam melaksanakan dan memberikan pelayanan kesehatan. Selain itu, seorang tenaga kesehatan harus memiliki daya dorong dalam dirinya untuk melaksanakan tugas-tugas rutin di institusi pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki dan pengalaman yang diperoleh berdasarkan masa kerjanya.
Kurangnya kinerja tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kurangnya kemampuan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.

B.     Saran
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dalam hal kesehatan lingkungan terutama tentang kinerja pelayanan kesehatan di Indonesia serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan kita sebagai tenaga kesehatan yaitu bidan.


Daftar Pustaka
Muninjaya, Gde (2011) Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta :EGC
Azwar, Azrul (1996) Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Pickett, George & Hanlon, John J. (2009) Kesehatan Mayarakat, Jakarta : EGC 
Wolper, Lawrence F. (2001) Administrasi Pelayanan Kesehatan, Jakarta : EGC
Muninjaya, Gde (2011) Manajemen Kesehtan. Jakarta : EGC